Kaba Lareh Simawang menghadirkan tema poligami, dikisahkan bahwa istri Tuanku Lareh tidak merestui suaminya untuk menikahi perempuan lain. Namun, Tuanku Lareh tidak peduli dan tetap melakukan poligami. Pada hari pernikahannya, istri Tuanku Lareh akhirnya bunuh diri dan membunuh
anak-anaknya. Itu adalah resistensi kontemporer atas poligami yang dilakukan lewat sastra Minangkabau berjenis kaba. Tuanku Lareh akhirnya mengalami keruntuhan mental dan gangguan jiwa (gila) yang luar biasa. Kaba Lareh Simawang adalah penanda atau pengingat bagi laki-laki Minangkabau sebelum menempuh pilihan poligami. Ceritanya yang bercorak tragedi-romantik dihadirkan ke khalayak ramai pada masa lampau lewat Tukang Kaba, diulang-ulang secara lisan di suatu negeri bernama Simawang, dan bahkan tidak tertutup kemungkinan menyebar keluar dari negeri Simawang.
Naskah Kaba Lareh Kurai-Banuhampu Berpulang belum dikenal luas dan nyaris tidak tercatat dalam historiografi sastra Minangkabau. Ia dicetak pertama kali di Batavia pada tahun 1941 dan tidak pernah dicetak ulang setelah itu, apalagi diterjemahkan dalam bahasa Indonesia. Oleh karena itu,
(1) penerjemahan dan penerbitannya dalam bentuk buku bertujuan untuk memperkenalkannya ke masyarakat luas, sekaligus (2) bertujuan
historiografis di mana selama ini kedudukannya dalam penulisan sejarah sastra Minangkabau terabaikan dan nyaris tidak pernah disebut dalam
kajian-kajian sastra khususnya Minangkabau.
Daftar KTI di Repository yang mensitasi koleksi ini:
Upst... belum ada yang mensitasi koleksi ini.